Dalam dunia merger dan akuisisi (M&A) yang penuh tantangan dan kompleksitas, due diligence finansial merupakan fondasi utama bagi setiap keputusan strategis.


Tanpa pemeriksaan yang teliti terhadap kondisi keuangan perusahaan target, bahkan kesepakatan yang terlihat paling menjanjikan pun bisa berantakan setelah transaksi terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh pakar keuangan ternama, Aswath Damodaran, “Due diligence bukan sekadar formalitas; ini adalah lensa yang memperjelas nilai dan risiko yang tersembunyi.”


Proses ini melibatkan penelaahan mendalam terhadap laporan keuangan, arus kas, kewajiban, hingga metrik operasional untuk memastikan kesehatan finansial perusahaan target serta menemukan potensi risiko atau peluang yang tidak tampak di permukaan. Untuk itu, keberadaan daftar periksa yang terstruktur dan menyeluruh sangat penting agar tidak ada aspek krusial yang terlewat.


Menelusuri Jejak Laporan Keuangan Historis


Langkah awal dalam due diligence adalah menganalisis laporan keuangan yang telah diaudit selama minimal tiga hingga lima tahun terakhir. Data historis ini mampu mengungkap tren pertumbuhan pendapatan, profitabilitas, efisiensi biaya, hingga pengeluaran modal (capital expenditures). Sangat penting untuk menilai kualitas dan konsistensi pendapatan, serta membedakan antara pendapatan berulang dan tidak berulang.


Perhatian khusus juga perlu diberikan pada kewajiban di luar neraca (off-balance-sheet liabilities) serta kewajiban kontinjensi yang dapat secara drastis memengaruhi valuasi perusahaan dan beban keuangan di masa depan. Evaluasi terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan perlu dilakukan guna memastikan kesesuaiannya dengan standar akuntansi yang berlaku serta menghindari praktik pengakuan pendapatan atau kapitalisasi biaya yang terlalu agresif.


Menganalisis Modal Kerja dan Dinamika Arus Kas


Analisis modal kerja memberikan gambaran tentang likuiditas dan efisiensi operasional perusahaan target. Komponen seperti piutang usaha, persediaan, dan utang usaha perlu dikaji untuk menilai siklus konversi kas dan potensi hambatan arus kas.


Laporan arus kas juga harus dianalisis secara menyeluruh untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas. Tidak jarang ditemukan perusahaan yang secara laporan laba rugi tampak sehat, namun sebenarnya memiliki arus kas operasi negatif, sebuah sinyal merah bahwa kualitas laba mereka tidak berkelanjutan. Pakar keuangan Mary Meeker menyatakan bahwa “kesehatan arus kas sering kali lebih akurat dalam memprediksi kelangsungan hidup jangka panjang dibanding angka laba bersih.”


Mengungkap Struktur Utang dan Kewajiban Tersembunyi


Pemeriksaan utang melibatkan inventarisasi menyeluruh atas semua kewajiban berbunga, termasuk utang senior, subordinasi, sewa guna, dan fasilitas kredit. Pemahaman terhadap syarat, perjanjian (covenants), serta jatuh tempo sangat penting untuk menilai risiko pembiayaan ulang dan potensi pelanggaran perjanjian pasca akuisisi.


Item di luar neraca seperti sewa operasi, jaminan, atau gugatan hukum yang belum terselesaikan juga harus diidentifikasi dan diukur secara akurat. Kewajiban tersembunyi ini dapat menjadi beban keuangan tak terduga yang menggagalkan logika strategis dari akuisisi tersebut.


Memastikan Kepatuhan dan Risiko Pajak


Aspek pajak sering kali diabaikan, padahal merupakan bagian penting dalam proses due diligence. Peninjauan atas laporan pajak, aset atau kewajiban pajak tangguhan, serta potensi sengketa dengan otoritas pajak sangat krusial. Ketidakefisienan pajak atau perencanaan pajak yang agresif dapat menimbulkan beban kas besar dan risiko reputasi. Oleh karena itu, melibatkan spesialis pajak sejak awal proses due diligence sangat disarankan untuk mengidentifikasi eksposur yang dapat memengaruhi struktur transaksi atau integrasi pasca akuisisi.


Meninjau Pendapatan dan Konsentrasi Pelanggan


Pemahaman mendalam atas sumber pendapatan membantu menilai keberlanjutan bisnis perusahaan target. Diversifikasi dan stabilitas pelanggan, kontrak, serta saluran penjualan perlu dianalisis secara detail. Ketergantungan yang tinggi pada segelintir pelanggan besar bisa menjadi risiko besar apabila kontrak tidak diperpanjang atau terjadi perubahan dalam hubungan bisnis.


Lebih jauh, syarat-syarat dalam kontrak utama seperti harga, durasi, dan ketentuan perpanjangan harus dikaji untuk memahami keandalan arus pendapatan di masa mendatang.


Menelaah Pengeluaran Modal dan Kualitas Aset


Pengeluaran modal (CapEx) mencerminkan investasi yang diperlukan untuk mempertahankan atau memperluas operasi. Due diligence harus mampu membedakan antara CapEx untuk pemeliharaan dan untuk pertumbuhan, guna memperkirakan kebutuhan kas di masa depan. Penilaian kualitas aset juga meliputi verifikasi kepemilikan, kondisi, dan valuasi aset, baik berwujud maupun tak berwujud.


Kekayaan intelektual seperti hak cipta, lisensi, dan paten perlu dikaji secara seksama, karena dalam banyak industri saat ini, nilai perusahaan sangat ditopang oleh aset-aset tak kasat mata tersebut.


Due diligence finansial yang efektif menggabungkan analisis mendalam dengan wawasan strategis. Proses ini membekali pihak pengakuisisi dengan gambaran akurat mengenai kondisi keuangan perusahaan target, sehingga negosiasi dan perencanaan integrasi dapat dilakukan dengan lebih percaya diri.