Siapa yang tidak pernah merasakan kebahagiaan saat melepaskan balon ke langit biru?
Momen itu memang terasa magis, penuh keceriaan, apalagi saat perayaan atau pesta. Namun, di balik keindahan dan keceriaan itu, balon ternyata menyimpan ancaman serius bagi lingkungan dan makhluk hidup di sekitar kita.
Setelah balon dilepaskan, apakah Anda tahu ke mana balon itu pergi? Baik balon berbahan lateks maupun plastik, keduanya hampir tidak dapat terurai dengan mudah di alam. Balon-balon tersebut bisa terbawa angin hingga berjatuhan ke tanah, tersangkut di dahan pohon, atau bahkan masuk ke lautan yang luas.
Di lautan, balon dapat disalahartikan oleh hewan laut seperti penyu, ikan, dan lumba-lumba sebagai makanan. Akibatnya, hewan-hewan tersebut bisa tersedak atau terjerat oleh balon dan tali yang melekat. Tali atau pita yang biasanya menempel pada balon pun sama bahayanya, karena bisa mengikat dan melukai satwa liar.
Balon yang terbuang di alam tidak langsung menghilang. Balon lateks bisa bertahan hingga empat tahun sebelum terurai sepenuhnya, sementara balon plastik bisa bertahan jauh lebih lama. Selama waktu tersebut, balon terus menjadi ancaman bagi satwa dan menambah tumpukan sampah plastik yang mencemari sungai, pantai, dan lautan.
Data dari Marine Conservation Society mengungkapkan bahwa sampah balon di pantai-pantai Inggris meningkat hingga 53% hanya dalam kurun waktu satu tahun, dari 2015 ke 2016. Peningkatan ini terutama terjadi pada balon helium yang banyak digunakan dalam berbagai acara.
Melihat bahaya yang ditimbulkan, banyak kota di seluruh dunia mulai mengambil tindakan tegas dengan melarang penggunaan dan pelepasan balon. Di Amerika Serikat, negara bagian Rhode Island adalah salah satu yang terbaru menerapkan larangan balon helium, disertai denda hingga $200 bagi pelanggar.
Beberapa kota di Massachusetts seperti Provincetown dan Nantucket, serta daerah di Florida dan California juga telah mengadopsi peraturan serupa. Di Australia, beberapa wilayah di sekitar Melbourne sudah melarang balon demi menjaga lingkungan.
Di Kanada, taman-taman kota Vancouver kini bebas dari balon sebagai bentuk perlindungan terhadap alam. Bahkan di Italia, sebuah kota kecil bernama Maruggio di wilayah Taranto menjadi pelopor dengan melarang pelepasan balon setelah ditemukan sarang penyu di pantainya. Langkah ini merupakan bagian dari proyek "Clean Sea Life" yang bertujuan menjaga ekosistem laut tetap sehat dan lestari.
Melarang balon hanyalah salah satu langkah kecil namun sangat penting dalam upaya global mengurangi sampah plastik. Setiap tahunnya, lebih dari 8 juta ton plastik masuk ke lautan, dan gerakan pengurangan penggunaan barang sekali pakai seperti balon membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya plastik bagi lingkungan.
Berbagai negara juga mulai menerapkan aturan pengurangan plastik lainnya. Di Inggris, misalnya, sudah ada pelarangan penggunaan sedotan plastik, pengaduk minuman, dan cotton bud plastik sejak 2019. Italia juga melarang kantong plastik sekali pakai untuk buah dan sayur. Langkah-langkah ini akan terus berlanjut dengan pembatasan barang-barang lain yang mengandung mikroplastik.
Larangan balon yang mulai diberlakukan di banyak tempat membuktikan bahwa perubahan kecil bisa membawa dampak besar bagi bumi kita. Dengan menghindari pelepasan balon, kita tidak hanya melindungi satwa dan alam sekitar, tapi juga ikut berkontribusi dalam upaya global mengurangi polusi plastik.
Semakin banyak daerah yang mengikuti jejak ini, semakin besar pula harapan agar masyarakat semakin sadar akan konsekuensi dari penggunaan plastik sekali pakai dan mau berperan aktif menjaga lingkungan. Mari mulai dari hal sederhana untuk masa depan yang lebih bersih dan aman bagi generasi mendatang!