Hi, Lykkers! Pelabuhan Gresik Baru, sebagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, telah menjadi salah satu tulang punggung penguatan ekonomi Jawa Timur.
Dengan integrasi pelabuhan dan kawasan industri, infrastruktur ini membuka peluang besar bagi pelaku UMKM memperluas pasar lewat ekspor.
1. Integrasi Infrastruktur: Akselerator Ekonomi Lokal
Pelabuhan dalam KEK Gresik, bagian dari JIIPE (Java Integrated Industrial & Ports Estate), memiliki dermaga laut dalam sepanjang sekitar 6.500 meter dan kedalaman hingga –16 m, memungkinkan kapal hingga 100.000 DWT bersandar dan melayani arus pengiriman barang besar dengan efisien. Integrasi moda transportasi, laut, darat (tol Surabaya–Manyar dan Krian–Legundi–Bunder–Manyar), dan jalur rel sangat meminimalkan waktu tempuh dan biaya logistik, meningkatkan kelancaran distribusi produk UMKM ke pelabuhan ekspor
Antara News. Dengan demikian, pelabuhan ini berfungsi tidak hanya sebagai titik muat, tapi juga sebagai "traffic creator" penggerak aktivitas ekonomi lokal.
2. Mempermudah Alur Ekspor UMKM
Layanan pendampingan ekspor melalui Klinik Ekspor Gresik (Tim Klinik Ekspor Girinata), kolaborasi Pemda dan Bea Cukai, telah mengubah skenario UMKM di Gresik. Mereka dibantu dalam hal prosedur, perizinan (termasuk OSS), legalitas, hingga pengurusan pasarnya di luar negeri bersama LPEI. Pada 2021, 16 UMKM berhasil ekspor; pada April 2022, nilai ekspor melonjak dari USD 6.920 menjadi USD 34.155, menandai percepatan nyata. Testimoni pelaku usaha menunjukkan peningkatan kepercayaan pembeli lokal dan internasional, serta agresi pemasaran ke wilayah seperti Lombok, Bandung, Semarang, dan Bali.
3. Dorongan Sistemik dari UMKM hingga Rantai Industri Besar
Di tingkat industri, PT Freeport Indonesia (PTFI) di JIIPE diharapkan melibatkan UMKM lokal dalam rantai pasok smelter mereka. Meskipun prasyarat seleksi cukup ketat (sistem prakualifikasi oleh pihak ketiga), Kadin Jatim mendorong Freeport memberi kemudahan dan pendampingan agar UMKM lokal bisa menjadi vendor dan penyedia bahan baku seperti batu kapur dan dolomit. Hal ini sekaligus membuka peluang peningkatan retribusi dan efek ekonomi lokal—termasuk menyerap tenaga kerja setempat minimal 60 %.
4. Magnet Investasi untuk Keterhubungan Ekonomi
Sejak penetapan sebagai KEK (2021), JIIPE telah menarik investasi sekitar Rp 52 triliun. Proyek seperti smelter konsentrat tembaga Freeport di atas lahan 100 ha dan investasi senilai Rp 55 triliun menjadi bagian dari pengembangan ekonomi industri berat di Gresik. Semakin kuatnya investasi membuat laju perkembangan UMKM semakin relevan, karena makin banyak kebutuhan lokal akan komponen pendukung dan jasa.
5. Ekonomi Lokal Menguat, Sinergi Mulai Terbentuk
UMKM seperti kerajinan rotan hingga produk perikanan dan pangan Gresik (lobster, mangga, sarung tenun, songkok) makin menonjol dalam pasar internasional berkat dukungan sinergis antara Pemda, Bea Cukai, dan lembaga pembiayaan menghasilkan desa devisa seperti Wedani. Peningkatan ekspor juga berdampak langsung pada pendapatan masyarakat, seperti pembayaran kontainer dalam dolar hingga Rp 200 juta per kontainer.
Kesimpulan
Pelabuhan Gresik Baru dalam KEK JIIPE adalah katalis ekspor UMKM Jawa Timur. Integrasi infrastruktur modern, pelayanan ekspor proaktif, keterhubungan rantai industri, dan peningkatan investasi menciptakan ekosistem yang kondusif bagi UMKM berkembang menuju pasar global. Ke depan, kunci suksesnya terletak pada keberlanjutan sinergi antar-elemen ekonomi lokal, mulai pengusaha kecil hingga investor besar untuk mengokohkan Gresik sebagai poros distribusi ekspor strategis di Indonesia timur.