Mungkin selama ini Anda mengira bahwa otak adalah pusat pengendali utama tubuh. Tapi siapa sangka, ada komunitas mikroskopis di dalam perut yang ternyata berperan besar dalam mengatur suasana hati, emosi, bahkan cara berpikir.


Inilah dunia tersembunyi dari mikrobioma usus, sebuah ekosistem rumit berisi triliunan mikroorganisme yang mungkin diam-diam mengendalikan lebih banyak hal dari yang dibayangkan.


Apa Itu Mikrobioma Manusia?


Mikrobioma manusia adalah kumpulan seluruh bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lainnya yang hidup di dalam dan pada permukaan tubuh. Sebagian besar dari mereka tinggal di sistem pencernaan, terutama di usus besar.


Meskipun kata "bakteri" sering dikaitkan dengan hal negatif, sebagian besar mikroorganisme di usus justru sangat bermanfaat. Mereka membantu mencerna makanan, memproduksi vitamin, dan menjaga tubuh dari serangan organisme berbahaya. Namun, manfaat mereka tidak berhenti di situ.


1. Koneksi Otak-Usus: Dua Arah, Satu Kendali


Pernah merasa gugup hingga perut terasa melilit sebelum berbicara di depan umum? Itu bukan sekadar perasaan. Otak dan usus ternyata terhubung erat melalui sistem komunikasi kompleks yang disebut gut-brain axis. Hubungan ini melibatkan saraf (terutama saraf vagus), hormon, dan zat kimia yang memungkinkan otak dan usus saling "berbicara".


Fakta mengejutkan, mikroba usus mampu memproduksi neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin, zat kimia yang memengaruhi suasana hati dan perilaku. Bahkan, sekitar 90% serotonin dalam tubuh diproduksi di usus, bukan di otak.


Jika keseimbangan mikroba terganggu (kondisi ini disebut disbiosis), suasana hati bisa ikut terganggu. Beberapa penelitian menunjukkan kaitan antara kesehatan usus dengan gangguan seperti cemas, murung, hingga sulit fokus.


2. Bisakah Mikroba Usus Memengaruhi Keputusan Anda?


Kedengarannya seperti fiksi ilmiah, tapi penelitian menunjukkan bahwa mikrobioma bisa memengaruhi keinginan dan perilaku.


Contoh 1: Rasa Ingin Makan Tertentu


Setiap jenis bakteri memiliki "selera" sendiri. Ada yang menyukai gula, ada yang tumbuh subur dengan serat. Beberapa studi menemukan bahwa jenis bakteri tertentu dapat mengirim sinyal ke otak untuk meningkatkan keinginan makan makanan favorit mereka, seolah-olah memengaruhi Anda dari dalam.


Contoh 2: Perilaku Sosial


Sebuah studi pada tahun 2020 yang diterbitkan di Nature Microbiology menemukan bahwa perubahan komposisi mikroba di usus tikus memengaruhi perilaku sosial mereka. Tikus yang mengalami ketidakseimbangan mikrobioma menjadi kurang aktif secara sosial. Meski studi pada manusia masih terus berkembang, temuan ini membuka kemungkinan bahwa mikroba juga bisa memengaruhi kepribadian.


3. Sistem Imun: Dimulai dari Usus


Sekitar 70% sistem imun berada di saluran pencernaan. Ini masuk akal, karena usus adalah tempat tubuh berinteraksi langsung dengan lingkungan luar melalui makanan yang dikonsumsi.


Mikrobioma berperan penting dalam "melatih" sel imun untuk mengenali mana yang berbahaya dan mana yang aman. Mikrobioma yang sehat bisa membantu mencegah reaksi berlebihan seperti alergi atau gangguan autoimun, serta membantu tubuh melawan infeksi dengan lebih efektif. Sebuah studi tahun 2021 di jurnal Cell bahkan menemukan bahwa orang dengan keragaman mikroba yang tinggi memiliki respons vaksin yang lebih kuat.


4. Hal yang Merusak Mikrobioma Dan Cara Mengatasinya


Gaya hidup modern tidak selalu bersahabat dengan mikrobioma. Beberapa penyebab terganggunya keseimbangan mikroba meliputi:


- Penggunaan antibiotik secara berlebihan – bisa membunuh mikroba baik di samping yang jahat.


- Konsumsi makanan ultra-proses – rendah serat dan tinggi gula, mempercepat pertumbuhan mikroba yang merugikan.


- Stres berkepanjangan – hormon stres dapat merusak keseimbangan mikroba dan integritas lapisan usus.


- Kurang tidur – tidur yang tidak cukup berkaitan dengan penurunan keragaman mikroba usus.


Apa yang Bisa Dilakukan? Berikut Solusi Sederhana:


- Konsumsi lebih banyak makanan tinggi serat seperti sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.


- Tambahkan makanan fermentasi seperti yogurt, tempe, dan kefir untuk sumber probiotik alami.


- Lakukan aktivitas fisik secara rutin, terbukti dapat meningkatkan keragaman mikrobioma.


- Tidur cukup setiap malam, minimal 7–8 jam.


- Kelola stres dengan meditasi, olahraga, atau teknik relaksasi.


Tidak perlu diet ekstrem atau suplemen mahal. Perubahan kecil dan konsisten justru memberi hasil jangka panjang yang lebih baik.


Apa Kata Para Ahli?


Dr. Emeran Mayer, ahli gastroenterologi dan penulis buku The Mind-Gut Connection, menekankan bahwa mikrobioma "memegang peran penting dalam membentuk emosi, perilaku, dan respons imun tubuh."


Sementara itu, ulasan dalam Nature Reviews Neuroscience menunjukkan bahwa "komposisi mikroba usus dapat memengaruhi kimia otak dan perilaku," membuka jalan baru untuk pengobatan gangguan psikis dan neurodevelopmental.


Meski masih banyak yang perlu diteliti, satu hal sudah jelas: usus bukan sekadar alat cerna. Ia adalah mitra aktif dalam menjaga kesehatan secara menyeluruh.


Bisa jadi itu bukan sekadar rasa lapar. Mungkin, usus sedang memberi sinyal tentang suasana hati, energi, atau bahkan keputusan yang akan diambil. Pernah merasa lebih ceria setelah memperbaiki pola makan? Atau justru mudah murung setelah gangguan pencernaan?